Sorotan.id – Sebuah pesantren Al Mughni, kini berdiri di Desa Pauh Barat, Kota Pariaman. Di dalam pesantren tersebut berdiri sebuah masjid yang cukup megah yang diberi nama Masjid Azzubaidah, yang baru saja diresmikan.
Pesantren tersebut dibangun oleh mantan Walikota Pariaman dua periode (2008-2018), Mukhlis Rahman di bawah yayasan Al Mughni. Saat peresmian masjid tersebut, Mukhlis Rahman bercerita suka dukanya mendirikan pesantren Al Mughni.
Perjalanan yayasan ini dimulai dari pembangunan masjid ini, September 2019. Rencana peresmian masjid ini awalnya Desember 2020, namun karena adanya musibah covid jadi tertunda,” ujar Mukhlis Rahman saat peresmian masjid Azzubaidah Pesantren Al Mughni, Rabu, 21/12.
Mukhlis Rahman, menuturkan biaya pembangunan masjid ini berasal dari dana hibah seorang warga Malaysia asal Batusangkar yang telah lama merantau di Malaysia, Hartini Abdullah. Sementara tanahnya merupakan tanah miliknya yang sudah diwakafkan kepada yayasan untuk membangun pesantren.
“Alhamdulillah berkat bantuan ibu hajah Hartini Abdullah, masjid ini bisa berdiri megah di dalam komplek pesantren Al Mughni, terimakasih ibu Hartini Abdullah dan keluarga,” ujar Mukhlis yang didampingi ketua panitia acara, Jamohor.
Mukhlis berharap sekolah pesantren bisa tumbuh di Pariaman. Pasalnya saat ini jumlah pesantren di Kota Pariaman masih sangat minim yakni hanya 4 pesantren.
“Sementara angka kenakalan remaja terus meningkat. Maka dari itu saya berniat membantu pemerintah meningkatkan kualitas anak-anak Pariaman dengan cara mendirikan sekolah pesantren khusus untuk anak-anak tidak mampu,” ungkapnya.
Namun niat Mukhlis Rahman mewujudkan cita-citanya memang tidak mudah. Dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Selain untuk pembangunan gedung sekolah dan masjid, tentu saja biaya operasional sekolah nantinya.
“Ini memang tidak mudah, kami terkendala biaya. Karena santri adalah anak yatim dan duafa. Idealnya biaya sebulan untuk satu anak 1 juta lebih, tapi Ponpes tidak pernah menetapkan, berapa sanggup saja, yang penting mau belajar. Sehingga Ponpes mencari orang tua asuh. Awalnya 8 santri sudah punya orang tua asuh. Namun tidak semua bertahan, yang bertahan kini hanya 4 orang tua asuh. Sementara saat ini ada 16 santri,” papar Mukhlis.
Untuk menutupi kekurangan dan biaya kebutuhan operasional tiap bulan, Mukhlis harus mencari donatur.
“Terkadang ada pula rasa segan meminta sumbangan kepada kawan kawan yang saya kenal, tapi saya sadari ini bukan untuk saya pribadi, tapi untuk anak-anak duafa, jadi saya kuatkan hati saya, justru saya membantu mereka untuk mendapat pahala,” cerita Mukhlis.
Hartini Abdullah yang sengaja datang dari Kuala Lumpur Malaysia mengaku senang dan bersyukur impiannya membangunkan masjid untuk orang tuanya terwujud.
“Bersyukur atas dibangun masjid ini. Masjid ini kami namakan Azzubaidah, atas nama orang tua kami, sebagai mengenang jasa umi dan buya Abdullah, terimakasih kepada pak Mukhlis yang memberikan tanah untuk pembangunan masjid ini. Semoga bermanfaat,” tutur Hartini yang disamping sang suami penuh haru.
Masjid Azzubaidah diresmikan oleh Walikota Pariaman Genius Umar bersama wakil Walikota Pariaman, Mardison Mahyuddin.
Genius Umar mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembangunan masjid dan pondok pesantren ini khususnya kepada Hartini Abdullah sekeluarga, karena telah memberi wakaf dalam pembangunan masjid Az-Zubaidah.
“Masjid di pesantren tidak hanya berfungsi sebagai tempat shalat berjamaah lima waktu, tetapi lebih dari itu masjid memiliki peran yang strategis dalam proses pendidikan dan pembelajaran di pesantren, pahalanya akan terus mengalir,” pungkas Genius Umar.