Sorotan.id – Berakhirnya masa tanggap darurat 10 Maret 2022 lalu, Pemkab Pasaman menetapkan tahap Transisi Darurat menuju pemulihan, dalam penanganan pasca gempa.
Di fase ini para pengungsi yang mencapai jumlah 3.000 jiwa di Kenagarian Malampah, Kecamatan Tigp Nagari dihimbau agar kembali ke lokasi rumah masing-masing dan meninggalkan tenda-tenda pengungsian.
“Kita khawatir jika terlalu lama hidup di pengungsian, akan muncul masalah baru berupa penyakit, seperti flu, malaria, ispa serta penyakit kulit dan lainnya,” kata Bupati Pasaman, Benny Utama.
Bagi masyarakat korban gempa yang rumahnya hancur, rusak berat dan tidak bisa ditempati lagi, untuk sementara waktu dibangunkan hunian sementara (huntara), yang jumlahnya mencapai 500 unit untuk 500 KK.
Selain dibangun dengan model huntara standar, juga dikembangkan pola swadaya perbantuan, dengan memanfaatkan material bangunan rumah rusak berat, seperti seng, kayu, jendela, pintu, dan lain lain.
“Kita tinggal membantu pembelian semen dan pasir untuk lantai, serta triplek/gypsum untuk dinding, juga upah. Dan diupayakan sumur air atau kamar mandi rumahnya yang rusak, bisa dipakai kembali,” terang Benny Utama.
Dikatakan, saat ini pembangunan huntara di Kampung Aur, Jorong Siparayo, Nagari Malampah sudah mulai dibangun. Sebagian sudah selesai, dan sebagian lainnya tengah dikerjakan.
“Kita targetkan, memasuki bulan suci Ramadhan, tidak ada lagi masyarakat korban gempa yang tinggal di pengungsian,” katanya.
Untuk stok pangan bagi pengungsi, saat ini masih tersedia di posko dan gudang penyimpanan logistik.
“Alhamdulillah, bantuan dan sumbangan donatur masih datang hingga sekarang, dan kita juga siapkan dana cadangan, jika nanti stok pangan dan bantuan sudah habis,” ungkap Bupati Pasaman. (Fajar/LS)